14 Desember 2008

SAMBUTAN KETUM DPP DALAM HCP


Meskipun tidak bisa hadir langsung, ketum DPP SEKAR sangat appresiasif terhadap giat SEKAR DPW JATIM ini. Terbukti, beliau mengirimkan kata sambutannya untuk kita semua yang pada Jum'at 12 Desember 2008 kemaren dibacakan oleh perwakilan DPP Sekar yang ada di JATIM. Siapa lagi kalau bukan Andi Adrian Hidayat (Sang mantan Ketua DPW 2 Jatim).

Berikut Sambutan Ketum DPP SEKAR PERHUTANI :

Ass.WW.

Yth. Direksi & jajaran Manajemen Perum Pht, Pimpinan Unit 2, Segenp Pengurus Sekar Pht (DPP, DPW, DPD & DPC) yg sy cintai.

Mari kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yg telah memberikan kesehatan & kesempatan utk melaksanakan sebuah aktivitas mulia yg digagas oleh teman2 Sekar di Jatim ini, yaitu Hari Cinta Pohon (HCP).

Pada hari ini segenap anggota Sekar patut berbangga karena kita sudah tidak lagi berwacana dan sekedar omdo (omong doang) tapi kita sudah saatnya bertindak nyata memberikan contoh kpd segenap karyawan Pht utk melakukan hal yg positif bagi Perusahaan yg kita cintai ini.

Saya sangat bangga kpd teman2 Sekar yg meskipun hanya mampu melakukan hal2 yg kecil tapi sudah berfikir ke depan untuk mewujudkan Perhutani yg besar, sehingga masa2 kejayaan yg pernah dialami oleh senior2 kita terdahulu dapat kita rasakan pula kelak dan bahkan jika mungkin tentunya harus lebih baik dari yg pernah ada.

Untuk dapat mewujudkan impian tsb dibutuhkan kesungguhan dan keyakinan bahwa kita mampu mencapainya, disamping itu juga dibutuhkan kerjasama dan sinergitas dari seluruh komponen Pht. Apakah kita tdk ingin maju seperti tmn2 kita di SP Bun PN3 (Serikat Pekerja Perkebunan PTPN 3) atau Sekar Telkom, dll ?

Mari kita lihat kesejahteraan yg mereka terima saat ini, tentunya sudah jauh lebih baik dibanding kita di Pht. Pertanyaannya adalah bagaimana Perusahaan mereka mampu meningkatkan kesejahteraan karyawannya? Ternyata mereka bersinergi seluruh komponen untuk meraih itu semua, mereka melakukan sesuatu yg besar secara bersama2, apa itu ?? Hal itu adalah PERUBAHAN. Mereka sangat menyadari bahwa perusahaannya dalam keadaan bahaya jika tidak melakukan sesuatu. Bagaimana mungkin kita yakin bahwa perusahaan kita mampu menaikkan gaji karyawan kalau potensi SDH yg kita kelola ini semakin hari semakin menurun?? Sementara harga jual produk kita pun tidak bisa di adjust (ditingkatkan) karena sangat tergantung pasar dan broker? Belum lagi produknya dari hari ke hari dan tahun ke tahun itu-itu saja, tidak ada inovasi dan diversifikasi. Mana mungkin dengan sistem manajemen seperti itu keuntungan perusahaan akan meningkat??? Lalu kalau sudah begitu kapan kita akan dobrak itu???

Tidak bisa ditunda-tunda lagi teman......itu harus kita lakukan sekarang. Maka kita akan mendesak manajemen di level mana saja utk mulai lakukan perubahan itu guna menyelamatkan perusahaan tempat kita berikhtiar mencari nafkah utk menghidupi keluarga kita ini. Kita sudah harus memulai utk berfikir tudak linier lagi, kita harus mampu membuat terobosan2 atau lompatan2 besar yg mampu menghasikan mandaat yg besar pula.

Sudah tidak saatnya kita untuk berebut jabatan lagi, sudah tidak saatnya kita sibuk lobby sana-sini utk dapat posisi yg basah dan nyaman. Kita semua harus rela bersusah-susah utk meraih kesuksesan dan kejayaan Perusahaan yg kita cita2kan. Mari kita rubah cara pandang sehingga jika melihat ancaman disitu kita juga melihatnya sebagai peluang, dan jika kita melihat kelemahan maka disitu kita melihatnya pula sebagai kekuatan.

Akhirnya saya mengucapkan selamat Hari Cinta Pohon dan selamat berkarya kepada teman2 Sekar tetaplah tunjukkan bahwa anggota Sekar memang orang-orang yang berkualitas dan bermanfaat. Saya mohon maaf tidak dapat hadir ditengah2 teman2 meskipun saya sangat ingin sekali ikut hadir, namun dalam rangka melakukan hal2 kecil utk merubah dan meraih kejayaan perusahaan tadi maka saya harus menjalankan tugas yg dibebankan kepada saya pd hari ini. Salam hangat saya dan pak Sekjen untuk semua keluarga besar Sekar Perhutani di Jatim. Selamat dan sukses.

Salam Sekar,
AB & BT

Baca selengkapnya......

PERINGATAN HARI CINTA POHON

Sungguh di luar dugaan, bahwa aksi SEKAR Bagi-bagi Bibit dengan Tema "SATU BIBIT SEJUKKAN BUMI" dalam rangkaian peringatan Hari Cinta Pohon mendapatkan respon yang sangat baik, tidak hanya dari manajemen unit dan ketua umum DPP Sekar tetapi juga dari pihak eksternal seperti : dinas kehutanan, kepolisian, LSM, pecinta alam, pramuka saka wana bakti dan bahkan di Blitar didukung oleh Duta Wisata Kabupaten Blitar.

Di pusat kegiatan tahun ini, yang dipilih DPW dipusatkan di KPH Kediri tidak kalah meriah dengan aksi DPD-DPD di wilayah lain. Nah berikut ini adalah press release yang kita sebarkan kepada para wartawan (JTV, RADAR KEDIRI, RADAR TULUNGAGUNG dll) :

Kediri (12/12)

Berawal dari wujud kepedulian karyawan Perum Perhutani dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungan, karyawan Perum Perhutani yang tergabung dalam Serikat Karyawan Perum Perhutani Jawa Timur (SEKAR JATI) pada tanggal 12 Desember 2003 melakukan aksi simpatik berupa pembagian bibit di jalan raya kota Malang. Kegiatan yang diikuti pengurus DPW Sekar Jati, anggota DPD Sekar Jati KPH Malang dan KPH Pasuruan memperoleh respon yang sangat positif dari masyarakat kota Malang. Bahkan berawal dari aksi kecil pembagian bibit di pinggir jalan tersebut, permintaan bantuan untuk melaksanakan penghijauan bersama masyarakat terus berdatangan dari lingkungan perumahan masyarakat, sekolah-sekolah dan perkantoran.

Awal dari kepedulian karyawan inilah menumbuhkan tekad karyawan Perum Perhutani untuk meneruskan aksi-aksi simpatik untuk terus menumbuhkan rasa kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan menetapkan tanggal 12 Desember sebagai Hari Cinta Pohon.

Sebagai bagian dari program pemerintah : Indonesia Menanam dan terus memerangi bahaya pemanasan global (global warming), bidang Pengembangan dan Usaha Sekar Perhutani DPW Jatim memandang perlu membudayakan aksi-aksi simpatik karyawan dalam membantu meningkatkan citra positif Perum Perhutani di mata masyarakat dalam rangka memperingati Hari Cinta Pohon tanggal 12 Desember 2008. Untuk tahun ini Sekar Perhutani DPW Jatim akan memperingati Hari Cinta Pohon Tahun 2008 dengan melaksanakan aksi-aksi simpatik dengan tema : “SATU BIBIT SEJUKKAN BUMI”.

Peringatan Hari Cinta Pohon tahun ini dipusatkan di kota Kediri dengan melakukan aksi bagi bibit di tiga titik yaitu Perempatan Doho, Pertigaan Kowak (depan Makodim) dan pertigaan RS. Baptis. Bibit yang dibagikan adalah bibit Jati sejumlah 3.000 plances. Sebelum melakukan aksi bibit, peringatan Hari Cinta Pohon didahului dengan upacara yang diikuti segenap karyawan Perum Perhutani KPH Kediri dan segenap pengurus Sekar DPW Jatim serta perwakilan dari segenap Sekar DPD wilayah Jatim. Dalam upacara yang dipimpin langsung oleh Administratur / KKPH Kediri : Ir. Marinus Ezerman, dilakukan pelepasan 200 balon yang berisi pesan moral untuk menyadarkan masyarakat dalam memerangi global warming dan melestarikan hutan.

Aksi bagi bibit dalam peringatan Hari Cinta Pohon juga akan dilakukan di beberapa kota di Jawa Timur seperti di kota Bojonegoro, Ngawi, Madiun, Nganjuk, Blitar, Malang, Mojokerto, Jombang, Banyuwangi, Jember dan Bondowoso berjumlah 30.000 bibit terdiri dari jenis bibit jati, mahoni, flamboyan, pete, sengon dan gmelina. Diperkirakan acara peringatan Hari Cinta Pohon akan melibatkan lebih dari 1.500 orang yang terdiri dari ; unsur karyawan Perhutani yang tergabung dalam serikat karyawan, bahkan di beberapa tempat melibatkan unsur lain seperti kepolisian, pramuka saka wana bakti, kelompok pecinta alam dan unsur masyarakat lainnya.

Nah... itu kegiatan DPW. Kami yakin kegiatan anda di DPD lebih meriah dari DPW. Karenanya publikasikan lewat blog ini, agar kita semua tahu. Kami tunggu posting anda (lebih ok bila disertai foto-foto)

Gambar : pinjam dari gambarnya stiker produksi DPD Mojokerto.

Baca selengkapnya......

REDESAIN PENGELOLAAN HUTAN : STUDI KASUS DI KPH PARENGAN (Bagian 3 dari 3)

PROGRAM REDESAIN KPH PARENGAN

Pengertian Redesain

Redesain KPH parengan yang dimaksud adalah desain ulang terhadap pengelolaan sumberdaya hutan, terutama dalam hal pemilihan jenis tanaman pokok dan umur masak tebang berdasarkan kesesuaian jenis tanah dan kondisi sosial masyarakat dengan diikuti perlakuan silvikutur yang tepat dan manajemen pengelolaan dengan budaya organisasi yang kuat.


Tujuan Redesain

Tujuan dilakukan redesain adalah : agar pengelolaan dan pengusahaan sumberdaya hutan dapat optimal sesuai dengan kondisi sosial ekonomi yang sekarang dan kedepan, pemanfaatan nilai lahan secara optimal, memberikan hasil yang lebih besar kepada perusahaan, masyarakat dan segenap stakeholder, memberikan nilai positip kepada pengelolaan lingkungan sehingga KPH parengan menjadi KPH mandiri yang sehat dan berdampingan dengan masyarakat.


Langkah langkah penerapan redesain KPH Parengan

Strategi

Strategi untuk menerapkan redesain Pengelolaan SDH di KPH Parengan harus bisa menjawab permasalahan-permasalahan dan potensi masalah baik internal maupu eksternal :

  1. Apakah bisa menjamin keberlangsungan perusahaan
  2. Apakah bisa lebih mensejahterakan karyawan
  3. Apakah bisa memberikan penghasilan yang lebih besar kepada perusahaan
  4. Apakah tetap berpihak kepada masyarakat dan segenap stakeholder
  5. Apakah kebijakan ini didukung masyarakat dan bisa mengurangi kerawanan sosial
  6. Apakah PHBM tetap bisa terus dijalankan
  7. Apakah Perhutani KPH Parengan tetap bisa menjadi life support system
  8. Apakah tetap menjamin keberlangsungan fungsi ekosistem
  9. Apakah bisa meningkatkan nilai lahan dengan peningkatan produktivitas
  10. Apakah tetap fokus kepada core bisnis dalam pengelolaan sumberdaya hutan
  11. Apakah produk hasil hutan yang dihasilkan sangat diminati pasar


Memperhatikan permasalahan dan potensi masalah tersebut maka yang perlu dilakukan adalah :

  1. Menghitung kebutuhan biaya atau target penghasilan minimal yang harus diperoleh tiap tahun, termasuk besaran produksi kayu yang yang harus dihasilkan setiap tahun .
  2. Memetakan zona-zona atau wilayah wilayah berdasarkan karakteristiknya.
  3. Memilih zona yang ditetapkan untuk mendukung kebutuhan penghasilan minimum KPH Parengan (zona inti yang lebih fokus sebagai fungsi ekonomi) dan sisanya zona penyangga yang lebih berfungsi sebagai fungsi sosial dan ekologi
  4. Menetapkan jenis dan masa panen di zona inti
  5. Menetapkan standart baku sebagai bahan evaluasi untuk patokan pengelolaan sumberdaya hutan di zona inti dan zona penyangga
  6. Memilih sumberdaya manusia yang kompeten untuk mengawal dan mempertahankan zona inti sesuai standar pengelolaan


a. Kebutuhan Penghasilan per Tahun dan Rencana Prouksi serta luasan untuk Zona inti

Asumsi dari perhitungan diatas adalah sebagai berikut :

  1. Kebutuhan Penghasilan = 1,1 juta/ha luas wilayah
  2. Profit 30 %
  3. Sharing LMDH 25 %
  4. Harga jual kayu 1,5 juta per m3
  5. Produktivitas tebangan A2 101 m3/ha (tabel WvW umur 20 tahun, bonita 2,5)
  6. fk = 0,2
  7. Daur 20 tahun


b. Pemetaan Wilayah KPH Parengan Berdasarkan Karakteristiknya

Melihat kondisi kelas hutan, kondisi masyarakat, kondisi tanah tempat tumbuh, tingkat gangguan keamanan, maka wilayah KPH parengan dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian besar berdasarkan Bagian Hutan masing masing.

1. Bagian Hutan Nglirip :

Dari potensi sumberdaya hutan secara makro Bagian Hutan Nglirip dapat diringkas sebagai berikut :

KU I-II : 58 %, KU III-IV : 4 %, KU V-VI : 2 %, KU VIIup-MR : 2 %, sisanya 32 % terdiri dari kelas hutan tidak produktif dan Hutan lindung.

Bagian Hutan Nglirip merupakan wilayah yang paling besar kelas hutan KU I nya, yaitu 58%, dimana dibagian wilayah ini terdapat desa Sidonganti, yang masyarakatnya sudah terkenal sangat haus lahan untuk pertanian dan cenderung merusak hutan baik KU muda maupun KU tua.

Terdapat 3 RPH yang wilayahnya banyak terjadi gagal tanaman/ her kultur, yaitu RPH Mulyoagung dan Guwoterus BKPH Mulyoagung dan RPH Ngindahan BKPH Montong karena motif penguasaan lahan untuk tanaman polowijo sepanjang tahun. Sehingga secara teknis 3 RPH ini perlu dipertimbangkan untuk penanaman Kayu Putih.

Sisanya tetap diperlakukan daur panjang (70 tahun) seperti sekarang.

2. Bagian Hutan Kanten :

Bagian Hutan Kanten terdiri dari 2 BKPH yaitu BKPH Malo dan BKPH Pungpungan
dimana potensi sumberdaya hutannya secara makro sebagai berikut :

KU I-II : 39 %, KU III-IV : 5 %, KU V-VI : 7 %, KU VIIup-MR : 9 %, sisanya 40 % terdiri dari kelas hutan tidak produktif dan Hutan lindung.

Bagian Hutan Kanten merupakan wilayah yang mempunyai kelas hutan KU tua (KUV up dan MR) paling besar yaitu 16 %, dan luasan KU muda (KU I–IV) paling kecil (44%) dibandingkan 2 bagian hutan yang lain.

Untuk model pengelolaan Sumberdaya hutan dengan pola yang sekarang, yaitu dengan daur 70 tahun, masih bisa dipertahankan dengan tujuan untuk memproduksi kayu kayu besar.

3. Bagian Hutan Parengan :

Bagian Hutan Parengan terdiri dari 2 BKPH yaitu BKPH Parengan Utara dan BKPH Parengan Satan dengan kondisi sumberdaya hutan secara makro sebagai berikut :

KU I-II : 46 %, KU III-IV : 18 %, KU V-VI : 3 %, KU VIIup-MR : 2 %, sisanya 31 % terdiri dari kelas hutan tidak produktif.

Bagian Hutan Parengan merupakan wilayah yang mempunyai kelas hutan KU muda (KU I-IV) paling besar yaitu 64 % sementara KU tua (KUV up dan MR) cukup kecil yaitu 5 %.

Sampai 2 jangka RPKH kedepan, BH Parengan sangat kecil produksi tebangan A2 nya dan ini memberikan dampak pada beban perusahaan.

Memperhatikan tuntutan internal perusahaan dan kondisi eksternal perusahaan yang harus segera disikapi, maka Bagian Hutan Parengan merupakan wilayah yang cocok untuk pengembangan JPP dengan daur 20 tahun sebagai daerah Inti perusahaan untuk menghidupi Perusahaan.

c. Penetapan zona Inti Perusahaan

Memperhatikan tuntutan internal perusahaan dan kondisi eksternal perusahaan yang harus segera disikapi, maka Bagian Hutan Parengan merupakan wilayah yang cocok untuk pengembangan JPP dengan daur 20 tahun sebagai daerah Inti perusahaan untuk menghidupi Perusahaan.

Kebutuhan luas zona inti menurut perhitungan adalah 4.993 ha. Sementara luas BH Parengan yang cocok untuk produksi kayu jati adalah 5.119,7 ha. Artinya masih ada sisa luas sebesar 126,7 ha yang bisa ditanami JPP daur 20 tahun untuk menambah pengasilan perusahaan.

Sementara dari luasan total BH Parengan sebesar 5.259,4 ha, isanya sebesar 139,7 ha merupakan TJKL, TKTBJ dan TBP yang bisa dipertahankan dengan jenis rimba untuk fungsi konservasi.

ManajemenPada Zona Inti

  1. Menyempurnakan standar pembuatan tanaman dan pemeliharaan JPP termasuk biaya yang rasional dengan dilakukan pengawasan yang lebih ketat agar mendapatkan tanaman yang tumbuh dengan optimal

Ini merupakan koreksi dari kebijakan sekarang yang memberikan standar penanaman dan pemeliharaan JPP yang lebih besar dibanding APB namun sulit dalam pengawasan karena lokasi yang menyebar dan sporadis antara JPP dan APB

  1. Memilih SDM yang kompeten dan bertanggungjawab pada Zona Inti dengan memberlakukan reward dan punishment yang transparan dan konsisten..
  2. Melakukan evaluasi berdasarkan standar-standar pengelolaan SDH yang terukur untuk mencapai standing stock atau produktivitas lahan yang optimal.
  3. Memberlakukan aturan yang cukup tegas pada tanaman lepas kontrak (maksimal umur 2 tahun) untuk memberikan ruang tumbuh tanaman secara optimal.
  4. Memperkuat hubungan dengan LMDH dalam hal sukses tanaman untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dalam jangka waktu yang labih cepat (maksimal 20 tahun)

Manfaat strategis zona inti dengan daur 20 tahun

  1. Mencukupi demand yang sangat tinggi untuk kayu kayu- kayu kecil (AI dan AII) untuk industri dalam negeri
  2. Penguatan PHBM dalam hal manfaatnya yang lebih cepat dirasakan oleh LMDH sehingga rasa memiliki dan mengamankan lebih besar
  3. Peningkatan nilai sumberdaya (tanah) yang semula sekali dalam 60 tahun menjadi 3 (tiga) kali.
  4. Pembuktian kualitas JPP Perhutani untuk mendorong peningkatan pendapatan perusahaan dan mendorong animo masyarakat untuk gemar menanam termasuk Jati dengan daur yang lebih pendek.
  5. Dapat mengurangi gangguan keamanan, terutama untuk pesanan kayu kayu besar
  6. Zona inti ini yang tempatnya ngumpul dan kompak lebih mudah dalam pengawasan dan perlakuan, sehingga tingkat keberhasilannya lebih besar.


Mengapa harus BH parengan

  1. Wilayah dengan komposisi kelas hutan KU maksimal KU V dan situasi lebih aman, indikasi dari tingkat gangguan keamanan yang lebih kecil dibandingkan dengan 2 wilayah bagian hutan yang lain.
  2. Sampai 2 jangka RPKH kedepan, tidak ada rencana tebangan A2
  3. Kondisi masyarakat secara umum lebih maju dari sisi tingkat pendidikan dan pengetahuan
  4. Tidak mempengaruhi rencana tebangan A2 yang sudah terprogram melalui RPKH Jangka 2006- 2015.


Posisi BH Nglirip

Sesuai dengan pemetaan wilayah, BH Nglirip merupakan zona penyangga perusahaan dengan jenis tanaman di 3 RPH, yaitu Mulyoagung, Guwoterus dan Ngindahan menjadi kelas hutan Kayu Putih seluas kerang lebih 2000 ha. Sisaya tetep menjadi penyedia kayu besar dan FGS untuk menambah penghasilan perusahaan.


Posisi BH Kanten

Dipertahankan menjadi kelas perusahaan jati dengan daur panjang untuk produksi kayu besar. BH Kanten akan dapat menambah penghasilan KPH Parengan dalam sisa jangka RPKH tujuh tahun kedepan dan jangka berikutnya.

Berdasarka perhitungan jangka RPKH BH Kanten bisa menyumbang produksi kayu dari tebangan A2 sebesar 4000 m3/ tahun, atau setara dengan tambahan penghasilan 12 milyard (asumsi harga jual 3 juta per m3)

Dengan demikian pendapatan KPH Parengan bisa mencapai 45 Milyar pertahun dengan asumsi 31 Milyar dari produksi di BH Parengan, 12 Milyar dari BH Kanten dan 2 milyar dari BH Nglirip.


Posisi tanaman JPP thn 2002 s.d 2008

Untuk mempercepat upaya pencapaian KPH Parengan yang Mandiri, selama tujuh dari tahun 2002 sampai 2008 telah dilakukan penanaman JPP dengan penyebaran sebagai berikut : Luasan yang paling besar untuk JPP berada di BH Nglirip, karena faktor kesuburan. Namun dari faktor keamanan BH Nglirip juga merupakan wilayah yang paling rawan, sehingga penetapan Zona inti perusahaan sangat riskan bila ditetapkan di BH Nlirip.

Luasan JPP di BH Parengan mencapai 553,7 ha merupakan modal awal untuk terus memperbaiki kualitas tanaman dan segera mengambil keputusan untuk melakukan tebangan rehabiitasi dengan penggantian JPP diseluruh wilayah BH Parengan.

PENUTUP

Dalam gagasan ini ada beberapa keterbatasan, tantangan dan hal yang masih perlu ditindaklanjuti dan perlu diantisipasi dalam perjalanannya nanti, yaitu :

  1. Pemberlakuan daur 20 tahun pada zona inti dapat membuat kecemburuan di daerah penyangga terutama dari LMDH
  2. Kondisi yang relatif aman sekarang pada zona inti, bisa saja berubah pada masa yang akan datang dengan pengaruh situasi politik dan ekonomi nasional
  3. Reward dan Punishment pada Zona inti akan membuat kecemburuan karyawan disaerah penyangga
  4. Perlu dibuat standar-standar pengelolaan terutama tegakan yang jelas dan terukur untuk dapat mengetahui produktivitas lahan secara konsisten sampai akhir daur baik di zona inti maupun penyangga.
  5. Analisa usaha Kayu Putih di daerah penyangga belum dihitung yang secara ekonomi juga bisa mendapatkan penghasilan.

Demikian uraian kami, semoga pemikiran kecil ini dapat mengilhami pengambil keputusan Manajemen Perhutani sehingga bisa mewujudkan Perhutani yang Besar dari Sisi Pengelolaan Hutan, Kesejahteraan Karyawan, Berdampingan dengan Masyarakat dan dapat Menyangga Ekosistem di Pulau jawa dan Madura.

Baca selengkapnya......